Kamis, 30 Mei 2013

Mencari pasangan


A. Kriteria Memilih Calon Suami 




1. Islam. 

Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih calon suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat dunia dan akhirat kelak. 

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala 


·         “ … dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al Baqarah : 221)

2. Berilmu dan Baik Akhlaknya. 

Masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka Islam memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama. 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : 


·         “Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)

Islam memiliki pertimbangan dan ukuran tersendiri dengan meletakkannya pada dasar takwa dan akhlak serta tidak menjadikan kemiskinan sebagai celaan dan tidak menjadikan kekayaan sebagai pujian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala : 


·         “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nur : 32)

Laki-laki yang memilki keistimewaan adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaan dan keshalihan akhlak. Dia mengetahui hukum-hukum Allah tentang bagaimana memperlakukan istri, berbuat baik kepadanya, dan menjaga kehormatan dirinya serta agamanya, sehingga dengan demikian ia akan dapat menjalankan kewajibannya secara sempurna di dalam membina keluarga dan menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai suami, mendidik anak-anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga dengan tenaga dan nafkah. 

Jika dia merasa ada kekurangan pada diri si istri yang dia tidak sukai, maka dia segera mengingat sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yaitu : 


·         Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Jangan membenci seorang Mukmin (laki-laki) pada Mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai.” (HR. Muslim)

Sehubungan dengan memilih calon suami untuk anak perempuan berdasarkan ketakwaannya, Al Hasan bin Ali rahimahullah pernah berkata pada seorang laki-laki : 


·         “Kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan mendzaliminya.”

Untuk dapat mengetahui agama dan akhlak calon suami, salah satunya mengamati kehidupan si calon suami sehari-hari dengan cara bertanya kepada orang-orang dekatnya, misalnya tetangga, sahabat, atau saudara dekatnya. 

Demikianlah ajaran Islam dalam memilih calon pasangan hidup. Betapa sempurnanya Islam dalam menuntun umat disetiap langkah amalannya dengan tuntunan yang baik agar selamat dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. 

B. SELUK BELUK HUBUNGAN DALAM PERKAWINAN
Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas waktu yang pasti.  Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat saling merasakannya.

Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.

Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya.  Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya

Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk  menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.

Tahap keempat
: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku  yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.

Tahap kelima Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn.  Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.

Lebih lanjut Dawn menyarankan pula, “Jangan hancurkan hubungan pernikahan Anda dan pasangan hanya karena merasa tak sesuai atau sulit memahami pasangan. Anda hanya perlu sabar menjalani dan mengulang tahap perkembangan dalam pernikahan ini. Jadikanlah kelanggengan pernikahan Anda berdua sebagai suatu hadiah berharga bagi diri sendiri, pasangan, dan juga anak.


C. PENYESUAIN DAN PERTUBUHAN DALAM PERKAWINAN
ADAPTASI dapat juga dikatakan sebagai penyesuaian antara suami dan istri. Orang yang sudah menikah terikat karena tanggung jawab. Penyesuaian dalam perkawinan bukanlah hal yang mudah, karena harus menyatukan 2 karakter yang berlainan.
Yang harus disesuaikan di dalam perkawinan, karena perkwinan haruslah dibangun berdasarkan tanggung jawab :

1. berkaitan dengan hubungan seksual
2. masalah keuangan
3. agama
4. aaktivitas sosial dan rekreasi
5. hubungan dengan keluarga dari pasangan
6. hubungan dengan teman
7. cara pengasuhan anak

3 hal yang menyebabkan proses penyesuaian menjadi sulit :
1. dalam perkawinan setiap individu dituntut untuk terus menerus melakukan penyesuaian dengan pasangan hidupnya.
2. orang dituntut untuk bertanggung jawab
3. dengan hadirnya orang lain di dalam keluarga, hubungan emosional pasangan mungkin akan terganggu.

Beberapa factor yang mempengaruhi tingkat penyesuaian pada sebuah perkawinan:
1. usia ketika menikah
2. hubungan dengan ortu
3. kondisi perkawinan ortu
4. kemampuan bersosialisasi
5. religiusitas
6. sikap terhadap perkawinan
7. tingkat penyesuaian suami istri sebelum menikah
8. motivasi melakukan perkawinan
9. proses memilih pasangan
10. karakteristik demografi suami istri
pola penyesuain perkawinan :


Aksesoris Caten Membina Keluarga Harmonis

Yg harus diperhatikan ketika kita memutuskan untuk menikah :
1. Komunikasi
- kebebasan pasca menikah (aktivitas dan ruang privasi yang dapat dikerjakan pasangan)/aktivitas sosial
-agama
-sikap terhadap perkawinan
-pengelolaan keuangan
- berkaitan dengan hubungan seks
-kepedulian terhadap pasangan 
-hubungan dengan keluarga dari pasangan..siapa yg ikut dengan kita
-cara pengasuhan anak/konsep pengasuhan anak


2. penyesuaian
• pasangan
a. tingkat kematangan
b. kestabilan emosi
c. rasa aman yg dimiliki suami istri sebelum menikah
hal ini jg dipengaruhi ol latar belakang keluarga,pengasuhan ortu,konflik dg ibu,suku, keyakinan,
• ortu pasangan (kenali tipe mertua anda)
• keluarga pasangan

Beberapa factor yang mempengaruhi tingkat penyesuaian pada sebuah perkawinan:
1. usia ketika menikah
2. hubungan dengan ortu
3. kondisi perkawinan ortu
4. kemampuan bersosialisasi
5. religiusitas
6. sikap terhadap perkawinan
7. tingkat penyesuaian suami istri sebelum menikah
8. motivasi melakukan perkawinan
9. proses memilih pasangan
10. karakteristik demografi suami istri 
individu yang memiliki kecerdasan emosional (matang dan dewasa) yang tinggi dapat menyesuaikan dirinya dengan baik seprti :orang  yang dapat menyelesaikan masalah dengan  baik ,memahami motivasi manusia, dapat berfikir mandiri,bertanggungjawab terhadap kesalahan yang dilakukan,dapat menahan keinginan dan siap untuk berkorban.

4. mengetahui cara menyelesaikan konflik :
-kompromi :menyatukan pendapat atau visi misi.melalui kesepakatan suami istri meraih tingkat penyesuaian perkawinan yg tinggiàmenumbuhkan saling percaya dan aman. Ke2belah pihak tdk merasa melakukan pengorbanan

-akomodasi :pasangan berada pada posisi yg bertolak belakang,karakter yg berbeda namun menerima kenyataan bahwa mereka berbedaàada diskusi umenguntungkan kedua belah pihak

-permusuhan :sering berantem,sama-sama puas bila menyelesaikan dengan konflikàpernikahan diwarnai dengan ketegangan.

Ada 5 tipe perkawinan :
1. perkawinan yg diliputi konflik
pd tipe ini perkawinan selalu diliputi konflik setiap harinya. Namun pasangan masih mempertahankan kelanjutan perkawinannya..walau pertengkaran sering terjadi namun masih terlihat rukun bila di depan umum.dipertahankan karena factor kohesivitas Daya lekat
2. perkawinan yg terasa hambar
Terasa hambar, tidak menggairahkan, namun tdk ada konflik.--> tdk ada ancaman yang  serius, pasangan sudah tdk saling menghiraukan. Bertahan karena anak,tradisi keluarga/keyakinan, kepemilikan bersama
3. perkawinan yg cukup nyaman
merasa cocok,berbagi aktivitas dan kesenangan dan enjoy dengan perkawinan mereka.aktivitasnya tidak vital
4. perkawinan yg menunjukkan adanya kativitas yg vital (vital relationship)àbersedia bkorban demi memuaskan pasangannya

5. total relationship (perkawinan yg menunjukkan adanya hubungan totalitas antara suami istri).suami istri kompak dan totalitas berbagi minat dan aktivitas pada semua hal yg ada dalam perkawinan.

D. PERCERAIAN DAN PERNIKAHAN KEMBALI
            10 ujian dalam pernikahan yang bisa memicu perceraian yaitu :
1. Meributkan Masalah Sepele
Banyak masalah yang akan timbul dalam suatu hubungan, seperti malasah tentang seks, finansial, sampai tentang anak. Jika Anda juga pernah merasakan adanya pertengkaran tanpa sebab yang jelas maka Anda tidak sendirian. 
Mengutip komentar dari pengarang buku Marriage Rules: A Manual for the Married and the Coupled Up, Herriet Lerner bahwa dalam suatu hubungan biasa timbul masalah karena adanya stres dari pasangan. Lerner menyatakan bahwa stres yang tinggi dapat menjadi pemicu pertengkaran. Untuk meminimalkan stres sebaiknya sebelum bertindak tarik nafas yang dalam dan berpikir dulu. Dan apabila stres sudah terlanjur menjadi pemicu pertengkaran, segeralah minta maaf pada pasangan Anda sebelum masalahnya bertambah besar. 

2. Timbulnya Masalah Finansial
Pada beberapa pasangan, masalah finansial bisa selalu menjadi pemicu pertengkaran. Untuk meminimalkan adanya pertengkaran yang disebabkan masalah finansial sebaiknya Anda dan pasangan saling terbuka tentang keuangan dan mulai berhemat untuk masa depan bersama.

3. Menjadi Bagian dari Keluarga Pasangan
Pada tahapan dimana kita sudah mengenal semua keluarga pasangan dan begitu pula sebaliknya, dari hal ini terkadang timbul perdebatan tentang keluarga, seperti berapa sering mengunjungi orangtua pasangan. Minimalkan isu keluarga tersebut dengan memaksimalkan quality time bersama pasangan dan buah hati. Mulailah membuat kesepakatan bersama tentang seberapa sering bertemu orangtua pasangan atau masalah-masalah lainnya yang menimbulkan pertengkaran.

4. Tahap Awal menjadi Orangtua
Dalam tahapan awal periode menjadi orangtua, bukan hanya kebahagiaan saja yang akan dirasakan. Stres karena memiliki tanggungjawab baru bisa dialami suami-istri. Anda dan pasangan mungkin bisa bertengkar saat harus memutuskan siapa yang akan bertanggungjawab bangun di malam hari untuk mengganti pampers. Buatlah kesepakatan dalam berbagi tanggungjawab mengurus buah hati.

5. Saat Anak Beranjak Besar
Perdebatan bisa kembali terjadi saat anak mulai beranjak besar. Biasanya pasangan memiliki pandangan masing-masing yang dipengaruhi pola asuh orangtua mereka dulu. Hal itu pun mempengaruhi ketika pasangan membesarkan anak sendiri. Anda dan suami bisa bertengkar mengenai cara apa yang akan dipakai untuk mendidik si kecil.
6. Kehidupan Seks Monoton
Isu seks juga bisa menjadi pemicu pertengkaran. Pasangan yan sudah menjalani hubungan yang lama akan merasa kehidupan seks mereka tidak seperti dulu lagi. Sebenarnya kehidupan seks yang baik dapat mempererat dan membuat hubungan menjadi lebih harmonis. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya selalu berinovasi dalam kehidupan seks Anda dan tidak malu kepada pasangan untuk membicarakannya.

7. Pengambilaan Keputusan Penting
Semua pasangan pasti pernah atau akan menghadapi keadaan dimana harus memilih keputusan yang paling benar. Entah itu mulai dari hal kecil sampai hal besar seperti pada saat menerima pekerjaan baru, membeli rumah baru, sampai keinginan menambah momongan. Apabila anda dan pasangan dihadapkan pada suatu masalah yang mengharuskan membuat keputusan, coba buatlah pro dan kontra yang akan timbul apabila keputusan itu diambil dan selalu bicarakan kepada pasangan terebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu.

8. Timbul Perasaan Bosan
Seperti halnya Anda bosan mengenakan sepatu atau tas kesayangan setiap hari, Anda juga bisa merasakan perasaan yang sama terhadap pasangan. Timbulnya perasaan ini karena Anda sudah bersama dengan pasangan dalam jangka waktu yang lama. Cobalah untuk menghargai keberadaan pasangan yang sudah menemani Anda dalam masa yang mudah maupun sulit dan terbuka dalam setiap masalah.

9. Tragedi yang Tidak Terduga
Anda dan pasangan mungkin sudah terbiasa untuk mengatasi masalah yang timbul sehari-hari tapi ingatlah masih ada banyak tragedi yaang tidak terduga seperti saat dimana orangtua meninggal dunia atau pasangan anda divonis mengidap penyakit kronis. Tidak ada solusi yang mudah jika tragedi tersebut menghampiri Anda dan pasangan dan masalah ini bisa mengganggu kehidupan sehari-hari. Tragedi ini akan membuat Anda frustasi atau stres. Tapi jawaban dari semuanya adalah yakini diri bahwa Anda mempunyai pasangan yang selalu mendukung dan menyayangi Anda.

10. Krisis Usia Paruh Baya
Tidak dipungkiri bahwa Anda dan pasangan akan mengalami penuaan, kemudian mengalami krisis usia paruh baya. Untuk mempertahankan keharmonisan dengan pasangan dan meminimalkan dampak psikologis dari krisis usia paruh baya tersebut mulailah bernostalgia tentang masa muda Anda dengan pasangan dan mencari passion dalam diri anda untuk membangkitkan semangat yang baru di usia yang sudah tidak muda lagi bersama pasangan.

E. SINGLE LIFE

Fenomena "single parent" mulai lazim belakangan ini. Para orangtua tunggal adalah individu yang melakukan tugas ganda, baik sebagai ayah dan ibu. Namun hidup tanpa pasangan tidak harus membuat hidup menjadi kelam. Anda pun bisa menjadi orangtua tunggal yang mandiri. Ambil Tugas Ayah. Peran ganda, sebagai ibu sekaligus ayah, atau sebagai ayah sekaligus  ibu pada single dad, memaksa seseorang untuk sendirian memikul tugas dua orang di pundaknya.  

·         Tetap meluangkan waktu bermain dengan anak sepulang kerja.
·         Mencarikan teman bermain untuk anak saat merasa tidak sanggup atau  bermain ala lelaki.
·         Memilihkan permainan yang cocok dilakukan anak laki-laki dengan ibu, sehingga tetap ada waktu bermain bersama.
·         Tetap bekerja sama dengan mantan suami untuk mendidik anak.
·         Berusaha menjelaskan kondisi orangtua yang tidak lagi bersama, agar anak tidak bingung kenapa orangtuanya tidak tinggal bersama.
Masalah keuangan. Sekarang, segala keputusan yang menyangkut masalah keuangan, misalnya asuransi, tabungan, dan sebagainya, tidak lagi dapat berbagi dengan pasangan. Maka melakukan penghematan dan menurunkan standar hidup, mau tak mau harus dilakukan. Membeli mainan tak harus mahal, adalah sikap tepat karena mainan bukan kebutuhan primer. Dalam kondisi seperti ini, yang dibutuhkan selain psikolog adalah konsultan keuangan karena ia tetap harus memikirkan:

·         Tabungan pendidikan.
·         Asuransi kesehatan untuk mengcover pengeluaran biaya rumah sakit untuk diri sendiri dan anak.
·         Kemungkinan investasi melalui reksa dana.
Penerimaan Lingkungan. Tak bisa dipungkiri, masih ada sebagian orang menganggap hidup sendiri  ini sebagai ancaman bagi keharmonisan rumah tangga orang lain. Yang dibutuhkan adalah:  

·         Teman untuk berbagi, seperti keluarga atau sahabat perempuan. Selain untuk berbagi, teman ini bisa membantu Ika menentukan sikap menghadapi pelecehan.  
·         Tidak menutup diri, hanya tinggal di rumah dan tidak mau bertatap muka dengan para tetangga. Hadapi mereka dan ikuti kegiatan-kegiatan di sekitar rumah. Dengan demikian para tetangga lebih bisa memahami sebagai single mom.  
Kebutuhan Seksual. Imej masyarakat yang menganggap para duda tidak bisa menahan hasrat seksualnya, membuat para duda cepat memutuskan untuk menikah. Padahal dorongan seksual bukan milik laki-laki semata. Sebetulnya tidaklah benar bila dikatakan hanya laki-laki saja yang tidak mampu menahan. Dorongan seksual yang ditahan bisa mengakibatkan:  

·         Tubuh merasa tidak nyaman. Bahkan bagi pria, sperma harus setiap hari dibuang agar bisa kembali memroduksi sperma baru.
·         Kondisi emosi jadi tidak stabil, kemarahan bisa muncul dan peluang cukup besar untuk dilampiaskan kepada anak.
Untuk mengantisipasi:
·         Menyalurkan hasrat seksual tidak harus dengan kontak seksual. Lakukan  dengan cara lain seperti masturbasi.
·         Menonton film atau membaca majalah (triple X) bisa dijadikan sarana  untuk melampiaskan dorongan seksual.
·         Penuhi hari-hari Anda dengan aktivitas sehingga pikiran Anda tidak terobsesi memenuhi dorongan seksual.  
Menjadi yang Terbaik. Kesibukan mendera orangtua tunggal sehingga melupakan kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Bahagiakan diri Anda, coba cara berikut: 

·         Fokus pada apa yang dimiliki saat ini. Anak kini jadi pusat kehidupan Anda, karena hidup Anda sekarang hanya bersamanya. Jika anak melihat Anda murung, tidak nyaman atau tidak aman sendirian, ia akan merasakan hal yang sama. Nikmati hidup bersama anak, agar bisa merasakan kebahagiaan bersama.
·         Mengenal diri.  Hanya Anda yang tahu siapa diri Anda, seberapa kemampuan Anda, apa yang Anda inginkan saat ini. Tinggalkan segala pikiran negatif tentang kesendirian dan berlatihlah untuk merasa nyaman dengan diri sendiri. Lakukan apa yang bisa membuat Anda bahagia. Anda butuh me time!
·         Libatkan anak-anak. Anak perlu dilibatkan ketika peran orangtua hilang satu. Bukan untuk menggantikan ibu atau ayah yang baru. Misalnya dekat dengan paman, bibi atau kakek dan nenek untuk mengisi kekosongan salah satu peran orangtua.
·         Sadar bahwa Anda tidak bisa menjadi segalanya bagi anak. Anda tidak perlu merasa tertekan, sebab bukan berarti anak-anak tidak bisa mendapat kasih sayang yang utuh. Kasih sayang dapat diperoleh anak dari saudara atau orang-orang terdekat, bahkan ayahnya yang masih kerap mengunjunginya.

Senin, 13 Mei 2013

softkill 3





Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan lain-lain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis (Kartini Kartono, 2002:56).
Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut : 
  1. Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa  survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
  2. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
  3. Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon – respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekkuatt/ memnuhi syarat.
  4. Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positifmemiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungan.

Kartini Kartono, 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta
Variasi dalam pertumbuhan.

Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.

Kondisi-kondisi untuk bertumbuh.

Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.

·         PERTUMBUHAN PERSONAL


Manusia  merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.
Setiap individu memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya apakah  hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam  masyarakat yang memiliki suatu  norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang cuek.

Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu:

Faktor genetik
·         Faktor keturunan — masa konsepsi
·         Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
·         Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis  kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen
·         Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.

Faktor eksternal / lingkungan

·         Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
·         Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya 

Dari semua faktor-faktor  di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.

a. Aliran asosiasi
perubahan terhadap seseorang secara bertahap karena pengaruh dan pengalaman atau empiri (kenyataan) luar, melalui panca indera yang menimbulkan sensasiton (perasaan) maupun pengalaman mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflektion.

b. Psikologi gestalt
pertumbuhan adalah proses  perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.

c. Aliran sosiologi
Pertumbuhan adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula asosial maupun sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan. Pertumbuhan individu sangat penting untuk dijaga dari sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi individu yang baik dan berguna untuk sesamanya.

Contoh : Saat seorang mahasiswa mengalami masalah mengenai penurunan nilainya. Maka ia akan berusaha untuk mengurangi beban pikirannya, misalnya dengan malakukan hobinya contohnya dengan bermain bola.

Basuki,Heru.(2008).Psikologi Umum.Jakarta:Universitas Gunadarma


Tulisan 2
A. Teori Mengenai Hubungan Interpersonal
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal,
yaitu:
1. Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut:
Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap
individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya
selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan
biaya”.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam.
suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan
keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek-efek
tidak menyenangkan.
2. Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.
3. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.

B. Tahap Hubungan Interpersonal
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.

2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c)respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat. Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka
hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat. Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal
adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.
3. Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang
tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
C. Intimasi dan hubungan pribadi

Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
a)      Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
b)      Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
c)       Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
d)      Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
e)      Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).

Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.

Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal berikut.

D. Intimasi dan pertumbuhan

Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
(1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
(2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
(3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
(4) kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
(5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus .
 Wirawan, Sarlito S. 2002. Individu dan teori-teori psikologi social. Jakarta: Balai Pustaka
Tulisan 3