A. Kriteria Memilih Calon Suami
1. Islam.
Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih calon suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat dunia dan akhirat kelak.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
·
“ … dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik
(dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
Mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya.
Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia
supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al Baqarah : 221)
2. Berilmu dan Baik Akhlaknya.
Masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka Islam memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
·
“Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang
Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak
melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah
kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)
Islam memiliki pertimbangan dan ukuran tersendiri dengan meletakkannya pada dasar takwa dan akhlak serta tidak menjadikan kemiskinan sebagai celaan dan tidak menjadikan kekayaan sebagai pujian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
·
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara
kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi
Maha Mengetahui.” (QS. An Nur : 32)
Laki-laki yang memilki keistimewaan adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaan dan keshalihan akhlak. Dia mengetahui hukum-hukum Allah tentang bagaimana memperlakukan istri, berbuat baik kepadanya, dan menjaga kehormatan dirinya serta agamanya, sehingga dengan demikian ia akan dapat menjalankan kewajibannya secara sempurna di dalam membina keluarga dan menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai suami, mendidik anak-anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga dengan tenaga dan nafkah.
Jika dia merasa ada kekurangan pada diri si istri yang dia tidak sukai, maka dia segera mengingat sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yaitu :
·
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Jangan membenci seorang Mukmin
(laki-laki) pada Mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya
pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai.” (HR. Muslim)
Sehubungan dengan memilih calon suami untuk anak perempuan berdasarkan ketakwaannya, Al Hasan bin Ali rahimahullah pernah berkata pada seorang laki-laki :
·
“Kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa
sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika
tidak menyukainya maka dia tidak akan mendzaliminya.”
Untuk dapat mengetahui agama dan akhlak calon suami, salah satunya mengamati kehidupan si calon suami sehari-hari dengan cara bertanya kepada orang-orang dekatnya, misalnya tetangga, sahabat, atau saudara dekatnya.
Demikianlah ajaran Islam dalam memilih calon pasangan hidup. Betapa sempurnanya Islam dalam menuntun umat disetiap langkah amalannya dengan tuntunan yang baik agar selamat dalam kehidupan dunia dan akhiratnya.
B. SELUK BELUK HUBUNGAN DALAM PERKAWINAN
Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang
psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan
dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam
tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap
berikut memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas
waktu yang pasti. Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan
yang lain, memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun
anda dan pasangan dapat saling merasakannya.
Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya
Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelima: Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
Lebih lanjut Dawn menyarankan pula, “Jangan hancurkan hubungan pernikahan Anda dan pasangan hanya karena merasa tak sesuai atau sulit memahami pasangan. Anda hanya perlu sabar menjalani dan mengulang tahap perkembangan dalam pernikahan ini. Jadikanlah kelanggengan pernikahan Anda berdua sebagai suatu hadiah berharga bagi diri sendiri, pasangan, dan juga anak.
Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya
Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelima: Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
Lebih lanjut Dawn menyarankan pula, “Jangan hancurkan hubungan pernikahan Anda dan pasangan hanya karena merasa tak sesuai atau sulit memahami pasangan. Anda hanya perlu sabar menjalani dan mengulang tahap perkembangan dalam pernikahan ini. Jadikanlah kelanggengan pernikahan Anda berdua sebagai suatu hadiah berharga bagi diri sendiri, pasangan, dan juga anak.
C. PENYESUAIN DAN PERTUBUHAN DALAM PERKAWINAN
ADAPTASI dapat juga dikatakan sebagai penyesuaian
antara suami dan istri. Orang yang sudah menikah terikat karena tanggung jawab.
Penyesuaian dalam perkawinan bukanlah hal yang mudah, karena harus menyatukan 2
karakter yang berlainan.
Yang harus disesuaikan di dalam perkawinan, karena perkwinan haruslah dibangun berdasarkan tanggung jawab :
Yang harus disesuaikan di dalam perkawinan, karena perkwinan haruslah dibangun berdasarkan tanggung jawab :
1. berkaitan dengan hubungan seksual
2. masalah keuangan
3. agama
4. aaktivitas sosial dan rekreasi
5. hubungan dengan keluarga dari pasangan
6. hubungan dengan teman
7. cara pengasuhan anak
3 hal yang menyebabkan proses penyesuaian menjadi sulit :
1. dalam perkawinan setiap individu dituntut untuk terus menerus melakukan penyesuaian dengan pasangan hidupnya.
2. orang dituntut untuk bertanggung jawab
3. dengan hadirnya orang lain di dalam keluarga, hubungan emosional pasangan mungkin akan terganggu.
Beberapa factor yang mempengaruhi tingkat penyesuaian pada sebuah perkawinan:
1. usia ketika menikah
2. hubungan dengan ortu
3. kondisi perkawinan ortu
4. kemampuan bersosialisasi
5. religiusitas
6. sikap terhadap perkawinan
7. tingkat penyesuaian suami istri sebelum menikah
8. motivasi melakukan perkawinan
9. proses memilih pasangan
10. karakteristik demografi suami istri
pola penyesuain perkawinan :
Aksesoris Caten Membina Keluarga Harmonis
Yg harus diperhatikan ketika kita memutuskan untuk menikah :
1. Komunikasi
- kebebasan pasca menikah (aktivitas dan ruang privasi yang dapat dikerjakan pasangan)/aktivitas sosial
-agama
-sikap terhadap perkawinan
-pengelolaan keuangan
- berkaitan dengan hubungan seks
-kepedulian terhadap pasangan
-hubungan dengan keluarga dari pasangan..siapa yg ikut dengan kita
-cara pengasuhan anak/konsep pengasuhan anak
2. penyesuaian
• pasangan
a. tingkat kematangan
b. kestabilan emosi
c. rasa aman yg dimiliki suami istri sebelum menikah
hal ini jg dipengaruhi ol latar belakang keluarga,pengasuhan ortu,konflik dg ibu,suku, keyakinan,
• ortu pasangan (kenali tipe mertua anda)
• keluarga pasangan
Beberapa factor yang mempengaruhi tingkat penyesuaian pada sebuah perkawinan:
1. usia ketika menikah
2. hubungan dengan ortu
3. kondisi perkawinan ortu
4. kemampuan bersosialisasi
5. religiusitas
6. sikap terhadap perkawinan
7. tingkat penyesuaian suami istri sebelum menikah
8. motivasi melakukan perkawinan
9. proses memilih pasangan
10. karakteristik demografi suami istri
individu yang memiliki kecerdasan emosional (matang dan
dewasa) yang tinggi dapat menyesuaikan dirinya dengan baik seprti :orang yang dapat menyelesaikan masalah dengan baik ,memahami motivasi manusia, dapat
berfikir mandiri,bertanggungjawab terhadap kesalahan yang dilakukan,dapat
menahan keinginan dan siap untuk berkorban.
4. mengetahui cara menyelesaikan konflik :
-kompromi :menyatukan pendapat atau visi misi.melalui kesepakatan suami istri meraih tingkat penyesuaian perkawinan yg tinggiàmenumbuhkan saling percaya dan aman. Ke2belah pihak tdk merasa melakukan pengorbanan
-akomodasi :pasangan berada pada posisi yg bertolak belakang,karakter yg berbeda namun menerima kenyataan bahwa mereka berbedaàada diskusi umenguntungkan kedua belah pihak
-permusuhan :sering berantem,sama-sama puas bila menyelesaikan dengan konflikàpernikahan diwarnai dengan ketegangan.
Ada 5 tipe perkawinan :
1. perkawinan yg diliputi konflik
pd tipe ini perkawinan selalu diliputi konflik setiap harinya. Namun pasangan masih mempertahankan kelanjutan perkawinannya..walau pertengkaran sering terjadi namun masih terlihat rukun bila di depan umum.dipertahankan karena factor kohesivitas Daya lekat
2. perkawinan yg terasa hambar
Terasa hambar, tidak menggairahkan, namun tdk ada konflik.--> tdk ada ancaman yang serius, pasangan sudah tdk saling menghiraukan. Bertahan karena anak,tradisi keluarga/keyakinan, kepemilikan bersama
3. perkawinan yg cukup nyaman
merasa cocok,berbagi aktivitas dan kesenangan dan enjoy dengan perkawinan mereka.aktivitasnya tidak vital
4. perkawinan yg menunjukkan adanya kativitas yg vital (vital relationship)àbersedia bkorban demi memuaskan pasangannya
5. total relationship (perkawinan yg menunjukkan adanya hubungan totalitas antara suami istri).suami istri kompak dan totalitas berbagi minat dan aktivitas pada semua hal yg ada dalam perkawinan.
D. PERCERAIAN DAN PERNIKAHAN KEMBALI
10
ujian dalam pernikahan yang bisa memicu perceraian yaitu :
1. Meributkan Masalah
Sepele
Banyak masalah yang akan timbul dalam suatu hubungan, seperti malasah tentang seks, finansial, sampai tentang anak. Jika Anda juga pernah merasakan adanya pertengkaran tanpa sebab yang jelas maka Anda tidak sendirian.
Mengutip komentar dari pengarang buku Marriage Rules: A Manual for the Married and the Coupled Up, Herriet Lerner bahwa dalam suatu hubungan biasa timbul masalah karena adanya stres dari pasangan. Lerner menyatakan bahwa stres yang tinggi dapat menjadi pemicu pertengkaran. Untuk meminimalkan stres sebaiknya sebelum bertindak tarik nafas yang dalam dan berpikir dulu. Dan apabila stres sudah terlanjur menjadi pemicu pertengkaran, segeralah minta maaf pada pasangan Anda sebelum masalahnya bertambah besar.
2. Timbulnya Masalah Finansial
Pada beberapa pasangan, masalah finansial bisa selalu menjadi pemicu pertengkaran. Untuk meminimalkan adanya pertengkaran yang disebabkan masalah finansial sebaiknya Anda dan pasangan saling terbuka tentang keuangan dan mulai berhemat untuk masa depan bersama.
3. Menjadi Bagian dari Keluarga Pasangan
Pada tahapan dimana kita sudah mengenal semua keluarga pasangan dan begitu pula sebaliknya, dari hal ini terkadang timbul perdebatan tentang keluarga, seperti berapa sering mengunjungi orangtua pasangan. Minimalkan isu keluarga tersebut dengan memaksimalkan quality time bersama pasangan dan buah hati. Mulailah membuat kesepakatan bersama tentang seberapa sering bertemu orangtua pasangan atau masalah-masalah lainnya yang menimbulkan pertengkaran.
4. Tahap Awal menjadi Orangtua
Dalam tahapan awal periode menjadi orangtua, bukan hanya kebahagiaan saja yang akan dirasakan. Stres karena memiliki tanggungjawab baru bisa dialami suami-istri. Anda dan pasangan mungkin bisa bertengkar saat harus memutuskan siapa yang akan bertanggungjawab bangun di malam hari untuk mengganti pampers. Buatlah kesepakatan dalam berbagi tanggungjawab mengurus buah hati.
5. Saat Anak Beranjak Besar
Perdebatan bisa kembali terjadi saat anak mulai beranjak besar. Biasanya pasangan memiliki pandangan masing-masing yang dipengaruhi pola asuh orangtua mereka dulu. Hal itu pun mempengaruhi ketika pasangan membesarkan anak sendiri. Anda dan suami bisa bertengkar mengenai cara apa yang akan dipakai untuk mendidik si kecil.
Banyak masalah yang akan timbul dalam suatu hubungan, seperti malasah tentang seks, finansial, sampai tentang anak. Jika Anda juga pernah merasakan adanya pertengkaran tanpa sebab yang jelas maka Anda tidak sendirian.
Mengutip komentar dari pengarang buku Marriage Rules: A Manual for the Married and the Coupled Up, Herriet Lerner bahwa dalam suatu hubungan biasa timbul masalah karena adanya stres dari pasangan. Lerner menyatakan bahwa stres yang tinggi dapat menjadi pemicu pertengkaran. Untuk meminimalkan stres sebaiknya sebelum bertindak tarik nafas yang dalam dan berpikir dulu. Dan apabila stres sudah terlanjur menjadi pemicu pertengkaran, segeralah minta maaf pada pasangan Anda sebelum masalahnya bertambah besar.
2. Timbulnya Masalah Finansial
Pada beberapa pasangan, masalah finansial bisa selalu menjadi pemicu pertengkaran. Untuk meminimalkan adanya pertengkaran yang disebabkan masalah finansial sebaiknya Anda dan pasangan saling terbuka tentang keuangan dan mulai berhemat untuk masa depan bersama.
3. Menjadi Bagian dari Keluarga Pasangan
Pada tahapan dimana kita sudah mengenal semua keluarga pasangan dan begitu pula sebaliknya, dari hal ini terkadang timbul perdebatan tentang keluarga, seperti berapa sering mengunjungi orangtua pasangan. Minimalkan isu keluarga tersebut dengan memaksimalkan quality time bersama pasangan dan buah hati. Mulailah membuat kesepakatan bersama tentang seberapa sering bertemu orangtua pasangan atau masalah-masalah lainnya yang menimbulkan pertengkaran.
4. Tahap Awal menjadi Orangtua
Dalam tahapan awal periode menjadi orangtua, bukan hanya kebahagiaan saja yang akan dirasakan. Stres karena memiliki tanggungjawab baru bisa dialami suami-istri. Anda dan pasangan mungkin bisa bertengkar saat harus memutuskan siapa yang akan bertanggungjawab bangun di malam hari untuk mengganti pampers. Buatlah kesepakatan dalam berbagi tanggungjawab mengurus buah hati.
5. Saat Anak Beranjak Besar
Perdebatan bisa kembali terjadi saat anak mulai beranjak besar. Biasanya pasangan memiliki pandangan masing-masing yang dipengaruhi pola asuh orangtua mereka dulu. Hal itu pun mempengaruhi ketika pasangan membesarkan anak sendiri. Anda dan suami bisa bertengkar mengenai cara apa yang akan dipakai untuk mendidik si kecil.
6. Kehidupan Seks
Monoton
Isu seks juga bisa menjadi pemicu pertengkaran. Pasangan yan sudah menjalani hubungan yang lama akan merasa kehidupan seks mereka tidak seperti dulu lagi. Sebenarnya kehidupan seks yang baik dapat mempererat dan membuat hubungan menjadi lebih harmonis. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya selalu berinovasi dalam kehidupan seks Anda dan tidak malu kepada pasangan untuk membicarakannya.
7. Pengambilaan Keputusan Penting
Semua pasangan pasti pernah atau akan menghadapi keadaan dimana harus memilih keputusan yang paling benar. Entah itu mulai dari hal kecil sampai hal besar seperti pada saat menerima pekerjaan baru, membeli rumah baru, sampai keinginan menambah momongan. Apabila anda dan pasangan dihadapkan pada suatu masalah yang mengharuskan membuat keputusan, coba buatlah pro dan kontra yang akan timbul apabila keputusan itu diambil dan selalu bicarakan kepada pasangan terebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu.
8. Timbul Perasaan Bosan
Seperti halnya Anda bosan mengenakan sepatu atau tas kesayangan setiap hari, Anda juga bisa merasakan perasaan yang sama terhadap pasangan. Timbulnya perasaan ini karena Anda sudah bersama dengan pasangan dalam jangka waktu yang lama. Cobalah untuk menghargai keberadaan pasangan yang sudah menemani Anda dalam masa yang mudah maupun sulit dan terbuka dalam setiap masalah.
9. Tragedi yang Tidak Terduga
Anda dan pasangan mungkin sudah terbiasa untuk mengatasi masalah yang timbul sehari-hari tapi ingatlah masih ada banyak tragedi yaang tidak terduga seperti saat dimana orangtua meninggal dunia atau pasangan anda divonis mengidap penyakit kronis. Tidak ada solusi yang mudah jika tragedi tersebut menghampiri Anda dan pasangan dan masalah ini bisa mengganggu kehidupan sehari-hari. Tragedi ini akan membuat Anda frustasi atau stres. Tapi jawaban dari semuanya adalah yakini diri bahwa Anda mempunyai pasangan yang selalu mendukung dan menyayangi Anda.
10. Krisis Usia Paruh Baya
Tidak dipungkiri bahwa Anda dan pasangan akan mengalami penuaan, kemudian mengalami krisis usia paruh baya. Untuk mempertahankan keharmonisan dengan pasangan dan meminimalkan dampak psikologis dari krisis usia paruh baya tersebut mulailah bernostalgia tentang masa muda Anda dengan pasangan dan mencari passion dalam diri anda untuk membangkitkan semangat yang baru di usia yang sudah tidak muda lagi bersama pasangan.
Isu seks juga bisa menjadi pemicu pertengkaran. Pasangan yan sudah menjalani hubungan yang lama akan merasa kehidupan seks mereka tidak seperti dulu lagi. Sebenarnya kehidupan seks yang baik dapat mempererat dan membuat hubungan menjadi lebih harmonis. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya selalu berinovasi dalam kehidupan seks Anda dan tidak malu kepada pasangan untuk membicarakannya.
7. Pengambilaan Keputusan Penting
Semua pasangan pasti pernah atau akan menghadapi keadaan dimana harus memilih keputusan yang paling benar. Entah itu mulai dari hal kecil sampai hal besar seperti pada saat menerima pekerjaan baru, membeli rumah baru, sampai keinginan menambah momongan. Apabila anda dan pasangan dihadapkan pada suatu masalah yang mengharuskan membuat keputusan, coba buatlah pro dan kontra yang akan timbul apabila keputusan itu diambil dan selalu bicarakan kepada pasangan terebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu.
8. Timbul Perasaan Bosan
Seperti halnya Anda bosan mengenakan sepatu atau tas kesayangan setiap hari, Anda juga bisa merasakan perasaan yang sama terhadap pasangan. Timbulnya perasaan ini karena Anda sudah bersama dengan pasangan dalam jangka waktu yang lama. Cobalah untuk menghargai keberadaan pasangan yang sudah menemani Anda dalam masa yang mudah maupun sulit dan terbuka dalam setiap masalah.
9. Tragedi yang Tidak Terduga
Anda dan pasangan mungkin sudah terbiasa untuk mengatasi masalah yang timbul sehari-hari tapi ingatlah masih ada banyak tragedi yaang tidak terduga seperti saat dimana orangtua meninggal dunia atau pasangan anda divonis mengidap penyakit kronis. Tidak ada solusi yang mudah jika tragedi tersebut menghampiri Anda dan pasangan dan masalah ini bisa mengganggu kehidupan sehari-hari. Tragedi ini akan membuat Anda frustasi atau stres. Tapi jawaban dari semuanya adalah yakini diri bahwa Anda mempunyai pasangan yang selalu mendukung dan menyayangi Anda.
10. Krisis Usia Paruh Baya
Tidak dipungkiri bahwa Anda dan pasangan akan mengalami penuaan, kemudian mengalami krisis usia paruh baya. Untuk mempertahankan keharmonisan dengan pasangan dan meminimalkan dampak psikologis dari krisis usia paruh baya tersebut mulailah bernostalgia tentang masa muda Anda dengan pasangan dan mencari passion dalam diri anda untuk membangkitkan semangat yang baru di usia yang sudah tidak muda lagi bersama pasangan.
E. SINGLE LIFE
Fenomena "single parent"
mulai lazim belakangan ini. Para orangtua tunggal adalah individu yang
melakukan tugas ganda, baik sebagai ayah dan ibu. Namun hidup
tanpa pasangan tidak harus membuat hidup menjadi kelam. Anda pun bisa menjadi
orangtua tunggal yang mandiri. Ambil Tugas Ayah. Peran ganda,
sebagai ibu sekaligus ayah, atau sebagai ayah sekaligus
ibu pada single dad, memaksa seseorang untuk sendirian memikul
tugas dua orang di pundaknya.
·
Tetap meluangkan waktu bermain dengan anak sepulang
kerja.
·
Mencarikan teman bermain untuk anak saat merasa tidak
sanggup atau bermain ala lelaki.
·
Memilihkan permainan yang cocok
dilakukan anak laki-laki dengan ibu, sehingga tetap ada waktu bermain bersama.
·
Tetap bekerja sama dengan mantan suami untuk mendidik
anak.
·
Berusaha menjelaskan kondisi orangtua yang tidak lagi
bersama, agar anak tidak bingung kenapa orangtuanya tidak tinggal bersama.
Masalah keuangan. Sekarang, segala keputusan yang menyangkut masalah keuangan, misalnya
asuransi, tabungan, dan sebagainya, tidak lagi dapat berbagi dengan pasangan.
Maka melakukan penghematan dan menurunkan standar hidup, mau tak mau harus
dilakukan. Membeli mainan tak harus mahal, adalah sikap tepat karena mainan bukan
kebutuhan primer. Dalam kondisi seperti ini, yang dibutuhkan selain psikolog
adalah konsultan keuangan karena ia tetap harus memikirkan:
·
Tabungan pendidikan.
·
Asuransi kesehatan untuk mengcover
pengeluaran biaya rumah sakit untuk diri sendiri dan anak.
·
Kemungkinan investasi melalui reksa dana.
Penerimaan Lingkungan. Tak bisa dipungkiri, masih ada sebagian orang menganggap hidup
sendiri ini sebagai ancaman bagi keharmonisan rumah tangga orang lain.
Yang dibutuhkan adalah:
·
Teman untuk berbagi, seperti keluarga atau
sahabat perempuan. Selain untuk berbagi, teman ini bisa membantu Ika menentukan
sikap menghadapi pelecehan.
·
Tidak menutup diri, hanya tinggal di rumah dan tidak
mau bertatap muka dengan para tetangga. Hadapi mereka dan ikuti
kegiatan-kegiatan di sekitar rumah. Dengan demikian para tetangga lebih bisa
memahami sebagai single mom.
Kebutuhan Seksual. Imej masyarakat yang menganggap para duda tidak bisa
menahan hasrat seksualnya, membuat para duda cepat memutuskan untuk menikah.
Padahal dorongan seksual bukan milik laki-laki semata. Sebetulnya tidaklah
benar bila dikatakan hanya laki-laki saja yang tidak mampu menahan. Dorongan
seksual yang ditahan bisa mengakibatkan:
·
Tubuh merasa tidak nyaman. Bahkan bagi pria, sperma
harus setiap hari dibuang agar bisa kembali memroduksi sperma baru.
·
Kondisi emosi jadi tidak stabil, kemarahan bisa muncul
dan peluang cukup besar untuk dilampiaskan kepada anak.
Untuk mengantisipasi:
·
Menyalurkan hasrat seksual tidak harus dengan kontak
seksual. Lakukan dengan cara lain seperti masturbasi.
·
Menonton film atau membaca majalah (triple
X) bisa dijadikan sarana untuk melampiaskan dorongan seksual.
·
Penuhi hari-hari Anda dengan aktivitas sehingga
pikiran Anda tidak terobsesi memenuhi dorongan seksual.
Menjadi yang Terbaik. Kesibukan mendera orangtua tunggal sehingga melupakan kebahagiaan untuk
dirinya sendiri. Bahagiakan diri Anda, coba cara berikut:
·
Fokus pada apa yang dimiliki saat ini.
Anak kini jadi pusat kehidupan Anda, karena hidup Anda sekarang hanya
bersamanya. Jika anak melihat Anda murung, tidak nyaman atau tidak aman
sendirian, ia akan merasakan hal yang sama. Nikmati hidup bersama anak, agar
bisa merasakan kebahagiaan bersama.
·
Mengenal diri. Hanya Anda yang tahu siapa diri Anda, seberapa
kemampuan Anda, apa yang Anda inginkan saat ini. Tinggalkan segala pikiran
negatif tentang kesendirian dan berlatihlah untuk merasa nyaman dengan diri
sendiri. Lakukan apa yang bisa membuat Anda bahagia. Anda butuh me time!
·
Libatkan anak-anak. Anak
perlu dilibatkan ketika peran orangtua hilang satu. Bukan untuk menggantikan
ibu atau ayah yang baru. Misalnya dekat dengan paman, bibi
atau kakek dan nenek untuk mengisi kekosongan salah satu peran orangtua.
·
Sadar bahwa Anda tidak bisa menjadi segalanya bagi
anak. Anda tidak perlu merasa tertekan, sebab bukan
berarti anak-anak tidak bisa mendapat kasih sayang yang utuh. Kasih sayang
dapat diperoleh anak dari saudara atau orang-orang terdekat, bahkan ayahnya
yang masih kerap mengunjunginya.