Teori-teori Leadership
- Definisi Leadership
Leadership (Kepemimpinan), berasal dari
kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: pemimpin sebagai subjek dan yang
dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina
atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin
mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap
keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu
tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan
ke-pemimpinannya.
Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin
adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan
mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan
alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat
rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama-sama.
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari
ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat
mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002).
Kartini
Kartono (2005). Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan
khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu
mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
- Teori
Kepemimpinan Partisipatif
Ø Teori
X dan Y dari Douglas Mc. Gregas
Teori
X dan Teori Y adalah teori motivasi manusia diciptakan dan dikembangkan
oleh Mc. Gregas di Sloan School of Management MIT pada tahun 1960 yang telah
digunakan dalam manajemen sumber daya manusia, perilaku organisasi, komunikasi
organisasi dan pengembangan organisasi. Teori ini diungkapkan oleh Douglas Mc.
Gregas yang mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan
konsep manajemen partisipasi. Konsep terkenal dengan menggunakan asumsi-asumsi
sifat dasar manusia. Pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai gaya
kepemimpinan otoriter dan sebaliknya, seorang pemimpin yang
menyukai teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratik.
Untuk kriteria karyawan yang memiliki tipe teori X adalah karyawan dengan sifat
yang tidak akan bekerja tanpa perintah, sebaliknya karyawan yang
memiliki tipe teori Y akan bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau
pengawasan dari atasannya. Tipe Y ini adalah tipe yang sudah menyadari tugas
dan tanggung jawab pekerjaannya.
Ø Teori Sistem Empat dari Rensis
Likert
a. Sistem
1, otoritatif dan eksploitif:
Pemimpin
membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para
bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku
ditetapkan oleh pemimpin. Manajemen menggunakan rasa takut dan ancaman;
komunikasi atas ke bawah dengan kebanyakan keputusan diambil di atas; atasan
dan bawahan memiliki jarak yang jauh.
b. Sistem
2, otoritatif dan benevolent:
Pemimpin
tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk
memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. berbagai fleksibilitas
untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur
yang telah ditetapkan. Manajemen menggunakan penghargaan;, informasi mengalir
ke atas dibatasi untuk manajemen apa yang ingin didengar dan keputusan
kebijakan sementara datang dari atas beberapa keputusan yang ditetapkan dapat
dilimpahkan ke tingkat yang lebih rendah, atasan mengharapkan kepatuhan bawahan
c. Sistem
3, konsultatif:
Pemimpin
menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu
didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan – keputusan
mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan
untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman. Manajemen menawarkan hadiah,
kadang-kadang hukuman; keputusan besar datang dari atas sementara ada beberapa
yang lebih luas keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan komunikasi rincian
ke bawah ke atas sementara komunikasi penting hati-hati.
d. Sistem
4, partisipatif:
Sistem
yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya
berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh
kelompok. Bila pemimpin secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan
setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk
memotivasi bawahan, pemimpin tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan
ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan
dan penting. Manajemen kelompok mendorong partisipasi dan keterlibatan dalam
menetapkan tujuan kinerja yang tinggi dengan beberapa penghargaan ekonomi;
komunikasi mengalir ke segala arah dan terbuka dan jujur dengan pengambilan
keputusan melalui proses kelompok dengan masing-masing kelompok terkait dengan
orang lain dengan orang-orang yang menjadi anggota lebih dari satu kelompok
yang disebut menghubungkan pin; dan bawahan dan atasan dekat. Hasilnya adalah
produktivitas yang tinggi dan lebih baik hubungan industrial.
Ø Theory of Leadership Pattern
Choice dari Tannebaum & Scmidt
Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan
Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui
beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut
dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim
lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku otokratis, pada
umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang berasal
dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin, karena
pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang
tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan
hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat
antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada
pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu,
orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas. Perilaku
demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang
yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat
dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama
dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran,
pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi
diskusi dan keputusan kelompok.
- Modern
Choice Approach to Participation
Menurut
teori ini gaya kepemimpinan yang tepat ditentukan oleh corak persoalan yang
dihadapi oleh macam keputusan yang harus diambil. Model teori ini dapat
digunakan untuk:
a. Membantu
mengenali berbagai jenis situasi pemecahan persoalan secara berkelompok (group
problem solving situation).
b. Menyarankan
gaya kepemimpinan mana yang dianggap layak untuk setiap situasi.
Ada
tiga perangkat parameter yang penting yaitu klasifikasi gaya kepemimpinan,
kriteria efektifitas keputusan, kriteria penemukenalan jenis pemecahan
persoalan.
Misalnya seorang dokter yang mengambil keputusan untuk melakukan operasi
terhadap pasien yang mengalami kecelakaan tanpa dia harus berkonsultasi
terlebih dahulu terhadap staf-stafnya dengan menggunakan informasi yang pada
waktu itu diketahuinya. Dari sini dapat dilihat bahwa gaya pengambilan
keputusan yang diambil oleh dokter tersebut merupakan gaya pengambilan
keputusan A-1 yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang dimana dia mengambil
keputusannya sendiri dalam memecahkan persoalan dengan menggunakan informasi
yang pada waktu itu diketahuinya.
- Contingency
Theory of Leadership dari Fiedler
a. Model
ini menyatakan bahwa keefektifan suatu kelompok bergantung pada:
Hubungan dan interaksi pemimpin dan bawahannya.
b. Sejauh
mana pemimpin mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi. Dalam hal yang
pertama dapat dinilai dengan kuisoner LPC (Least Prepered Coworker).
c. Jika
skor LPC tinggi, maka pemimpin berorientasi pada hubungan.
d. Jika
skor LPC rendah, maka pemimpin berorientasi pada tugas.
Misalnya didalam lingkungan bermasyarakat ketua RT setiap minggunya mengajak
masyarakatnya untuk melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar.
Dimana kerja bakti tersebut diadakan agar mempererat hubungan antara ketua RT
dengan warganya dan warga dengan sesama warga yang lain. Dalam kerja bakti
tersebut ketua RT membimbing warganya untuk sama-sama bekerjasama dan dari
kegiatan tersebut dapat diperoleh suatu manfaat agar ketua RT dapat mengenal
warga lebih jauh dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama.Tujuan ketua
RT bukan hanya untuk menjadikan kampungnya bersih,tetapi lebih kepada
mempererat hubungan interpersonal diantara mereka.
Dari sini dapat dilihat bahwa ketua RT tersebut memilik skor LPC yang tinggi.
Karena dia lebih berfokus pada hubungan dengan warganya.
- Path
Goal Theory
Model
path-goal menganjurkan bahwa kepemimpinan terdiri dari dua fungsi dasar:
a. Fungsi
pertama; member kejelasan alur.
b. Fungsi
kedua; adalah meningkatkan jumlah hasil (reward) bawahannya.
Misalnya
di darerah Cipayung diadakan arisan peket sembako, dimana ketua arisan paket
sembako setiap tiga bulan sekali mengadakan rapat dengan para koordinator untuk
meningkatkan kinerja koordinator. Didalam rapat tersebut para koordinator
memberikan saran untuk memperbaiki hasil dari isi paket sembako tersebut,
mengadakan hiburan setiap dua bulan sekali dan ketua arisannya juga
berkonsultasi kepada mereka dalam pengelolahan keuangan dari arisan tersebut.
D. Motivasi
- Pengertian
Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang
berarti bergerak atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan
sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk
berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling
berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor
internal. Hal-hal yang mempengaruhi motof disebut motivasi.
Jadi
motivasi menurut Walgito adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang
mendorong perilaku ke arah tujuan. Sedangkan menurut Plotnik, motivasi mengacu
pada berbagai faktor fisiologi dan psikologi yang menyebabkan seseorang
melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik pada waktu tertentu.
- Teori
Drive Reinforcement & Implikasi Praktisnya
Teori
”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku
didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri
seseorang atau binatang. Contohnya., Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya
tentang kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif,
atau drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam bab
kepribadian). Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut :
ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk
mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi
intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang
memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan
memuaskan. Jadi motivasi dapat dikatakan terdiri dari:
a. Suatu keadaan yang mendorong
b.Perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
c. Pencapaian tujuan yang memadai
d. Pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang
tercapai
Setelah keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong
perilaku ke arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja
diuraikan seringkali disebut lingkaran korelasi. Teori-teori Drive berbeda
dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang
bertindak. Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan
terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang,
khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan
sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986).
Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalamkeaslian
keadaan terdorong. Contohnya, dorongan yang di pelajari (learned drives),
seperti mereka sebut, keaslian dalam latihan seseorang atau binatang atau
pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke individu yang lain.
Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin, contohnya
mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan karena itu
mendorong ke arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah belajar
dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong yang
dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu ke
arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan
didorong ke arah tujuan yang berbeda. Teori reinforcement Teori ini mempunyai
dua aturan pokok, aturan pokok yang berhubungan dengan perolehan
jawaban-jawaban yang benar dan aturan pokok lain yang berhubungan dengan
penghilangan jawaban-jawaban yang salah. Pengukuran dapat terjadi positif
(pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang didinginkan ) atau negatif (
menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang didinginkan telah diberikan
), tetapi organisme harus membuat antara akasi atau tindakannya dengan sebab
akibat.
Siegel dan Lane (1982), mengutip Jablonke dan De Vries tentang bagaimana
manajemen dapat meningkatakan motivasi tenaga kerja., yaitu dengan:
1. Menentukan apa jawaban yang diinginkan
2. Mengkomunikasikan dengan jelas perilaku ini kepada tenaga kerja.
3. Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima. Tenaga kerja
jika jawaban yang benar terjadi
4. Memberikan ganjaran hanya jika jika jawaban yang benar dilaksanakan.
5. Memberikan ganjaran kepada jawaban yang diinginkan, yang terdekat dengan
kejadiannya.
- Teori
Hiekarki Kebutuhan Maslow
Menurut
Maslow ada 5 jenis kebutuhan manusia yang tersusun secara bertingkat sebagai
suatu hiekarki, yaitu :
a. Tingkat
1 : Kebutuhan-kebutuhan fisik, misalnya makanan, air, seks dan tidur.
b. Tingkat
2 : Kebutuhan akan keamanan, misalnya perlindungan dari kejahatan.
c. Tingkat
3 : Kebutuhan akan rasa cinta dan diterima, misalnya affiliasi dengan individu-individu
lain dan diterima oleh individu-individu lain.
d. Tingkat
4 : Kebutuhan akan penghargaan, misalnya prestasi, kompetensi, memperoleh
pengakuan dan penghargaan.
e. Tingkat
5 : Aktualisasi diri. Pemenuhan potensi keunikan seseorang.
- Kebutuhan
yang relavan dengan perilaku dalam organisasi
Ada
4 metode pembentukan perilaku dalam organisasi, yaitu :
a. Penguatan
positif : bila suatu respon diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan, misalnya
pujian.
b. Penguatan
negatif : bila suatu respon diikuti oleh dihentikannya atau ditarik kembalinya
sesuatu yang tidak menyenangkan, misalnya berpura-pura bekerja lebihrajin
sangat pengawas berkeliling.
c. Hukuman
: mengakibatkan suatu kondisi yang tidak enak dalam suatu usaha
untukmenyingkirkan perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya : Penskorsan.
d. Pemunahan
: menyingkirkan penguatan apa saja yang mempertahankan perilaku. Misalnyatidak
mengabaikan masukan dari bawahan akan menghilangkan keinginan mereka
untuk menyumbangkan pendapat.
Maka,
dapat dinyatakan kebutuhan yang relavan dengan perilaku dalam organisasi adalah
dimana adanya penguatan positif dan negatif agar terbentuknya suatu respon yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Serta adanya hukuman dan pemunahan agar
menyingkirkan perilaku yang tidak diinginkan ataumenghilangkan suatu keinginan.
DAFTAR
PUSTAKA
Mujiono,
Imam. 2002. Kepemimpinan dan
Keorganisasian. Yogyakarta: UII Press.
Kartono, Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Siagian, Sindang
P., Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta:
Rineka Cipta, 1994.
Sihotang.
A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen Sumber
Daya Manusia .Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Greenberg J. & Baron RA.(1996) Behavior in Organizations: Understanding & Managing The Human Side of Work, Prentice Hall
International Inc.
Karjadi. M.(1987). Kepemimpinan
( Leadership ), Bogor.
Basuki, Heru, Dr. A.M. MSi.(2008). Psikologi Umum, Jakarta : Universitas Gunadarma.